Serunya Menjajal APMS Skytrain Bandara Soekarno-Hatta

Serunya Menjajal APMS Skytrain Bandara Soekarno-Hatta - Hallo sahabat BERITA KABAR INDONESIA, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Serunya Menjajal APMS Skytrain Bandara Soekarno-Hatta, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel FAKTA, Artikel fakta anak bungsu, Artikel fakta anak kedua, Artikel fakta anak pertama, Artikel fakta bts, Artikel fakta exo, Artikel fakta korea utara, Artikel fakta unik, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Baca juga


Rangkaian KRL APMS Bandara Soekarno-Hatta bergerak memasuki Stasiun Terminal 2

[23/09] - Sudah enam hari hari angkutan Automated People Mover System, atau APMS di Bandara Soekarno-Hatta (Basoetta), yang juga dikenal dengan nama Skytrain yang menghubungkan Terminal 2 dengan Terminal 3 beroperasi untuk umum sejak diresmikan 17 September lalu. Meski belum beroperasi penuh, banyak sekali orang termasuk Tim REDaksi yang antusias untuk mencicipi moda angkutan baru ini, biarpun lama perjalanannya sangat sebentar, hanya sekitar 5 menit.

Tidak mengherankan APMS ini mengundang antusiasme yang besar. Selain karena sebagai yang pertama dari jenisnya yang beroperasi di Indonesia, APMS ini juga dilengkapi berbagai hal yang sebelumnya tidak dijumpai di dunia kereta api di Indonesia, lalu stasiunnya juga bisa dibilang cukup modern (meski sayangnya masih jauh dari 100% selesai), dan tentu saja: gratis!

Jadi penasaran kan bagaimana serunya menjajal APMS di Bandara Soekarno Hatta? Tapi malas ke sana karena terlalu jauh atau mahal? Tenang, simak saja ulasan dari Tim REDaksi yang akan menjajal dan membahas tuntas APMS Bandara Soekarno-Hatta!

APMS Bandara Soekarno-Hatta: Tiga Hal yang Pertama di Indonesia


Sebelum kita membahas tentang operasional APMS di Bandara Soekarno-Hatta, tentu saja akan jauh lebih baik untuk berkenalan dengan moda transportasi satu ini, karena seperti pepatah bilang, "Tak kenal, maka tak sayang".

APMS seperti yang beroperasi di Bandara Soekarno-Hatta adalah KRL jenis Automated Guideway Transit (AGT) yang dirancang untuk bisa dijalankan otomatis dari pusat kendali tanpa pengendalian dari masinis (Meskipun demikian, pada kebanyakan sistem seperti ini, masih ada kru yang bertugas sebagai pengawas, dan masih ada meja layan untuk keadaan darurat atau ketika sistem operasi otomatisnya belum diaktifkan), pada umumnya berjalan dengan menggunakan roda karet di atas guideway beton, dan dirancang untuk menghubungkan tempat yang jaraknya dekat seperti misal terminal-terminal bandara dan sekitarnya. Sementara untuk suplai daya, KRL AGT pada umumnya menggunakan suplai listrik aliran bawah (LAB) dan bukan listrik aliran atas (LAA) karena lebih hemat tempat.
People Mover System di Bandara Internasional Tampa, Florida. Aplikasi pertama moda transportasi ini di lingkungan bandara di dunia | Foto: James G. Howes, Wikimedia

Sistem APMS di Bandara Soekarno-Hatta sendiri telah dirancang berbarengan dengan konsep Aerotropolis Bandara Soekarno-Hatta pada tahun 2011, di mana sistem ini dirancang untuk menghubungkan stasiun KA Bandara yang kala itu masih rencana dengan Terminal 1 dan 2, serta Terminal 3 yang kala itu masih di bangunan lama (Terminal 3 "Ultimate" yang sekarang beroperasi dan terhubung APMS baru dibangun mulai 2013). Akan tetapi, APMS pada konsep awal ini disebut menggunakan monorel sebelum pada akhirnya menjadi AGT seperti yang terwujud hari ini, dan juga sudah direncanakan akan diperluas untuk menghubungkan Terminal 4 di kemudian hari ketika terminal ini dibangun kelak. 

Hal yang paling menarik dari angkutan APMS ini adalah KRL jenis ini memegang tiga rekor pertama sekaligus di Indonesia. Pertama, KRL ini adalah KRL dengan alat perangkai jenis Scharfenberg yang pertama di Indonesia. Alat perangkai ini memiliki prinsip penggandengan yang sama dengan perangkai jenis Shibata yang kita jumpai pada KRL-KRL eks Jepang (kecuali Tokyu) milik PT KCI, yaitu male and female connector, namun memiliki bentuk yang berbeda. Kedua, KRL ini adalah KRL pertama di Indonesia yang berjalan dengan sistem listrik aliran bawah dan bukan listrik aliran atas seperti yang umumnya dijumpai di Jabodetabek. Dan yang ketiga, KRL ini juga adalah KRL pertama di Indonesia yang merupakan Automated Guided Transit yang berjalan dengan roda karet dan dirancang untuk bisa dikendalikan secara otomatis dari pusat kendali tanpa masinis (driverless)
Alat perangkai Scharfenberg (kiri) dan Shibata (kanan) | Foto: kiri  PeterS, Wikimedia, kanan Tamikiku, Wikimedia 

Selain itu, meski ketika pertama kali tiba Indonesia pada bulan Mei lalu rangkaian KRL ini menyandang kode K1 2 yang malah menyiratkan bahwa rangkaian APMS Bandara Soekarno-Hatta adalah KRDE, ternyata tampak pada saat APMS telah dioperasikan di Bandara Soekarno-Hatta, kode sarana kereta ini telah diubah menjadi K1 1 yang menyiratkan bahwa sarana ini adalah KRL dan bukan KRDE seperti yang sempat disangka.
Kode sarana APMS Bandara Soekarno-Hatta yang menggunakan kode K1 1 17 xx


KRL APMS Bandara Soekarno-Hatta mengisi penomoran K1 1 17 01-06 dengan jumlah tiga rangkaian stamformasi 2 kereta, dengan satu rangkaian yaitu K1 1 17 01-02 telah beroperasi. Akibatnya, KRL ARS penomorannya dimulai dari K1 1 17 07-12 untuk rangkaian TS1.

Serunya Menjajal APMS


Selesai berkenalan dan menjadi makin penasaran lagi, tentu saja langkah berikutnya adalah memuaskan rasa penasaran dengan menjajal langsung APMS ini, karena kenal doang tanpa tahu seperti apa rasanya kan tidak elok ya.

APMS Bandara Soekarno-Hatta seperti yang disebutkan di awal artikel ini belumlah beroperasi penuh, masih hanya menghubungkan Terminal 2 dan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Sementara layanan APMS menuju Integrated Building (Stasiun KA Bandara) dan Terminal 1 masih belum operasional, dan dari pantauan Tim REDaksi masih banyak konstruksi yang dilakukan baik dari pengerjaan jalur maupun stasiunnya.

Sementara untuk jadwal, pada hari pertama dan hari keempat beroperasi (17 September dan 21 September - REDaksi) terdapat perbedaan di mana jadwal yang pada awalnya sangat sedikit dibuat menjadi sedikit lebih banyak, meski masih bisa dibilang sangat terbatas dikarenakan sistem yang saat ini belum beroperasi penuh. Ketika APMS ini beroperasi penuh yang direncakan pada akhir tahun ini, maka jadwal operasi APMS Bandara Soekarno-Hatta ini akan menjadi 24 jam dengan headway ditargetkan 5 menit sekali.
Foto Ln Eka Prakasa.
Jadwal pada hari pertama beroperasinya APMS Bandara Soekarno-Hatta | Foto: Ln Eka Prakasa
Jadwal pada hari keempat beroperasinya APMS Bandara Soekarno-Hatta

Tim REDaksi melakukan perjalanan menjajal KRL APMS ini pada hari keempat operasional APMS yaitu Kamis tanggal 21 September kemarin dari Stasiun APMS Terminal 2. Stasiun ini terletak di  depan Terminal 2E dan dapat diakses baik dari gedung dengan terlebih dahulu turun ke lobi kedatangan dan kemudian menyeberang jalan, ataupun dari lahan parkir Terminal 2.

Terlihat kondisi stasiun yang masih banyak sekali pekerjaan, dengan beberapa bagian belum jadi. Salah satu yang menonjol dari gedung stasiun ini adalah jembatan penghubung di lantai 3 yang rencananya akan menghubungkan gedung stasiun dengan Terminal 2, yang dari pantauan Tim REDaksi masih baru terlihat pangkalnya di gedung stasiun.
Foto Ln Eka Prakasa.
Stasiun APMS Terminal 2. Terlihat bagian yang menonjol keluar adalah pangkal jembatan penghubung ke lobi keberangkatan Terminal 2 yang saat ini masih dalam konstruksi | Foto: Ln Eka Prakasa
Peron KRL APMS diakses dengan menggunakan eskalator dari lantai 1 ke lantai 2. Setiba di lantai 2 Tim REDaksi langsung disuguhkan dengan pemandangan suasana peron yang modern meskipun masih jauh dari rapi karena adanya proyek yang masih berlangsung, serta yang tentu saja tidak bisa dilewatkan adalah terpasangnya platform screen doors jenis full height (dinding kaca setinggi plafon, bukan pintu setinggi dada) yang berfungsi untuk melindungi pengguna jasa yang menunggu rangkaian di peron. Dan tentu saja, karena layanan APMS ini gratis seperti shuttle bus yang telah lama ada, maka tidak ada gate sama sekali di pintu keluar-masuk.

Jika ada yang merasa suasananya familiar, mungkin tidaklah salah karena suasana seperti ini baik peron dan platform screen doorsnya mirip dengan yang ada di peron stasiun ARS Bandara Kualanamu, Medan.
Bagian peron Stasiun APMS Terminal 2
Integrated Building yang berada tepat di sebelah Stasiun KA Bandara yang masih dalam konstruksi
Foto Ln Eka Prakasa.
Peringatan listrik tegangan tinggi beserta jalur listrik aliran bawah APMS Bandara Soekarno-Hatta | Foto: Ln Eka Prakasa
Tim REDaksi tiba di Stasiun Terminal 2 tidak lama setelah rangkaian KRL APMS yang tersedia berangkat pada pukul 17.15. Dikarenakan baru satu rangkaian yang beroperasi untuk saat ini, maka Tim REDaksi harus menunggu sekitar 20 menit untuk menaiki pemberangkatan selanjutnya.

Pada pukul 17.30, tibalah rangkaian KRL APMS dari Terminal 3 di Stasiun Terminal 2 dengan nomor sarana K1 1 17 01-02 sebagai satu-satunya rangkaian yang saat ini beroperasi. Tim REDaksi pun menyempatkan diri untuk memotret sejenak rangkaian KRL APMS dari luar sebelum kemudian menyegerakan diri untuk masuk dikarenakan rangkaian ini berhenti sangatlah sebentar di stasiunnya.

Di dalam rangkaian, Tim REDaksi disuguhkan dengan pemandangan interior yang bisa dibilang sangat sederhana, dengan kursi konfigurasi menyamping yang juga dilengkapi dengan ruang kursi roda, serta satu baris pegangan tangan di tengah dan tiang berpegangan di tengah, di mana hal ini sekilas mirip dengan kereta 6 pintu seri 205 di jalur KRL PT KCI meskipun kereta 6 pintu seri 205 mempunyai dua baris pegangan tangan. Selain itu, terdapat layar TV di atas pintu yang menampilkan iklan. Dan tidak ketinggalan, tentu saja nomor sarana dan builder plate yang ada di sudut kanan kereta.

Foto Senna Hananto.
Interior pada KRL APMS Bandara Soekarno-Hatta | Foto: Senna Hananto
Builder plate Woojin dan nomor sarana KRL APMS Woojin. 
Layar TV di KRL APMS.

Tentu saja tidaklah lengkap membahas rangkaian KRL APMS tanpa membahas sistem pengendalinya. Seperti yang tadi disebutkan, KRL APMS Bandara Soekarno-Hatta dirancang untuk bisa dioperasikan tanpa kendali masinis (driverless), dengan meja layan disediakan untuk keadaan darurat. Dikarenakan sistem pengendalian otomatis belum diaktifkan, maka untuk saat ini KRL APMS dijalankan secara konvensional (Masih dioperasikan penuh oleh masinis) dengan periode pengoperasian konvensional ditargetkan berlangsung selama 6 sampai 8 bulan sebelum kemudian beroperasi tanpa masinis. 

Meja layan KRL APMS buatan Woojin ini terlihat cukup canggih, dengan adanya layar monitor sistem rangkaian dan beberapa tombol kendali di bagian tengah, master control, meteran voltase dan tekanan angin rem, serta indikator operasional dan tombol kendali pintu di bagian kanan, serta telepon dan mikrofon announcer dan satu lagi layar yang belum terlihat aktif di bagian kiri. 
Foto Ln Eka Prakasa.
Meja layan KRL APMS dan segala kelengkapannya | Foto: Ln Eka Prakasa
Close-up layar monitor sistem rangkaian KRL APMS

Setelah berhenti hanya sekitar 5 menit, rangkaian KRL APMS pun berangkat dari Stasiun Terminal 2, setelah announcer memperingatkan bahwa pintu akan segera ditutup, dan masinis memberikan semboyan 35 yang menggunakan klakson elektronik. Tim REDaksi cukup dikagetkan ketika menyadari bahwa rangkaian KRL APMS ini tidak dilengkapi sama sekali dengan doorchime atau alarm pintu untuk memperingatkan penumpang yang berada di dekat pintu, yang untuk KRL modern semestinya sudah menjadi standar. 

Perjalanan KRL APMS ini memakan waktu tidak lama, hanya 5 menit saja, dengan kecepatan di awal perjalanan terbatas 20 km/jam dikarenakan tikungan tajam dekat Stasiun Terminal 2 diberi batas kecepatan 20 km/jam dengan papan yang benar-benar mengikuti semboyan 2 yang umum ditemui di jalur rel biasa(!) Selepas dari tikungan tajam, kecepatan kemudian naik sedikit menjadi 30 km/jam. Selain itu, meski sistem APMS ini memang dibangun jalur ganda secara keseluruhan, baru satu jalur yang pada saat ini telah operasional, sedangkan jalur sebelahnya masih belum siap dioperasikan, sehingga rangkaian KRL APMS bergerak maju-mundur antara Terminal 2 dan 3 di jalur yang sama tak ubahnya sebuah setrika. 
Papan taspat yang sudah terlalu familiar bentuknya.

Pemandangan yang menarik yang bisa dilihat di KRL APMS adalah apron Terminal 2 yang berada di sisi kiri dari arah lajunya kereta jika dari Terminal 2. Pembaca yang juga kebetulan menyukai aviasi tentu akan sangat bahagia karena bisa melihat dan memotret aktivitas pesawat udara dari atas KRL APMS, dengan maskapai yang mendominasi adalah Sriwijaya Air dan NAM Air yang sekarang bermarkas di Terminal 2F, meski terkadang ada pesawat dari maskapai lain yang kebagian parkir di sini tergantung pengaturan pengawas udara.
Pesawat Boeing 777-300ER dengan registrasi PK-GID milik Garuda Indonesia sedang pushback. APMS Bandara Soekarno-Hatta memberikan peluang spot baru untuk memotret pesawat bagi yang suka aviasi. 

Pada pukul 17.40, rangkaian KRL APMS tiba di tujuan akhir yaitu Stasiun Terminal 3. Ketika mendekati Terminal 3, terlihat tidak jauh di sebelah barat stasiun dipasang wesel untuk berpindah jalur yang dari pantauan Tim REDaksi masih dalam pengerjaan. Dan pada saat memasuki Terminal 3, dapat disaksikan betapa nyelipnya jalur APMS dan juga peron stasiunnya yang berada tepat di antara lantai dasar dan lantai atas Terminal 3 "Ultimate" Bandara Soekarno-Hatta. 
Wesel berpindah jalur di dekat Stasiun Terminal 3
Jalur buntu dari APMS Bandara Soekarno-Hatta di Stasiun Terminal 3. Tampak jelas betapa nyelipnya Stasiun Terminal 3.

Turun dari rangkaian, Tim REDaksi disuguhkan dengan pemandangan Stasiun Terminal 3 yang jujur saja memberikan impresi yang bertentangan. Meskipun memang konstruksi stasiun ini sudah selesai tidak seperti Stasiun Terminal 2 dan dapat memberikian suasana modern yang sama baiknya dan jauh lebih rapi, tetapi mata Tim REDaksi sempat agak sedikit kebingungan melihat motif di atap yang sangat abstrak yang jauh lebih terlihat dibanding di Stasiun Terminal 2. 
Peron Stasiun APMS Terminal 3
Berbeda dengan Stasiun Terminal 2 yang hanya mempunyai satu pintu keluar-masuk, Stasiun Terminal 3 mempunyai dua pintu keluar-masuk, dengan pintu sebelah barat (sebelah kiri ketika keluar dari rangkaian) mengarah ke lobi keberangkatan/kedatangan internasional, dan pintu sebelah timur (sebelah kanan ketika keluar dari rangkaian) mengarah ke lobi keberangkatan/kedatangan domestik. Tentu saja, seperti Stasiun Terminal 2, kelengkapan seperti platform screen doors dan ketiadaan gate karena sifat layanan yang gratis juga ada di sini. 

Tim REDaksi yang kemudian berjalan ke pintu sisi barat menemukan dua rangkaian KRL APMS dengan nomor sarana K1 1 17 03-04 dan K1 1 17 05-06 yang sedang stabling di jalur yang saat ini belum aktif, yang keadaannya masih ditutupi kaca depannya dan meja layannya masih terlipat dan interiornya masih berantakan, meski setidaknya sudah disambung, tidak seperti pada hari pertama yang rangkaiannya saja masih belum disambung keretanya. 
Rangkaian APMS yang belum beroperasi sedang stabling di Stasiun Terminal 3
Setelah puas menjajal APMS, Tim REDaksi pun berlanjut untuk memenuhi rasa penasaran akan Terminal 3 "Ultimate", sebelum kemudian kembali ke Stasiun APMS dari lobi kedatangan domestik yang berada di lantai bawah sebelah timur. Dari sini tampak sekali jalur badug dari APMS, dengan keadaan nyelipnya yang makin terlihat saking rendah posisinya.
Jalur badug Stasiun APMS Terminal 3 yang berada di depan lobi kedatangan domestik. 

Sayangnya, dikarenakan Tim REDaksi terlalu lama menikmati Terminal 3 "Ultimate" dan sempat nyasar di dalam, ditambah ternyata KRL APMS pemberangkatan terakhir pukul 18.55 berangkat 12 menit lebih awal dari jadwal, maka Tim REDaksi tidak sempat untuk kembali ke Stasiun Terminal 2 dan menjajal stasiunnya di malam hari. Meski demikian, dari pengamatan rekan Tim REDaksi yang sudah menjajal APMS pada hari pertama, penerangan di Stasiun Terminal 2 masih kurang, sehingga suasananya menjadi sangat gelap yang seharusnya sekarang sudah ditangani. 
Foto Ln Eka Prakasa.
Stasiun Terminal 2 pada hari pertama operasional APMS Bandara Soekarno-Hatta yang masih gelap di malam hari. Seharusnya masalah ini telah ditangani oleh pihak terkait | Foto: Ln Eka Prakasa

Spot Berburu APMS


Tidak lengkap rasanya jika membahas menjajal KRL APMS tanpa membahas spot yang indah untuk memburunya, dan untung saja stasiun-stasiun APMS memberikan pilihan yang sangat memadai, baik di Stasiun Terminal 2 dan Terminal 3. 

Stasiun Terminal 2

Dari Stasiun Terminal 2, pembaca dapat melihat jalur APMS yang berkelok dari Terminal 2 ke Terminal 3, dengan latar belakang menara pengawas Bandara Soekarno-Hatta, dengan pengambilan momen bisa dilakukan ketika rangkaian KRL melintas tepat di depan menara pengawas seperti pada foto pembuka artikel, ataupun ketika mulai berbelok menuju/dari Terminal 3.
Tidak hanya ketika rangkaian KRL APMS sedang bergerak lurus seperti di foto pembuka artikel saja. Stasiun Terminal 2 juga memberikan view yang bagus untuk memotret rangkaian yang hendak berbelok. 
Selain itu, di kemudian hari dengan beroperasinya jalur menuju Stasiun Terminal 1, maka jalur ini juga dapat menjadi spot yang menarik, terutama ketika rangkaian KRL APMS melintas dengan Stasiun KA Bandara sebagai latar belakangnya menuju/dari Integrated Building

Stasiun Terminal 3

Ada dua pilihan spot menarik yang ada di Stasiun Terminal 3, yaitu dari atas jembatan menuju keberangkatan internasional (pintu barat), dan juga dari dekat area merokok. 

Dari atas jembatan menuju keberangkatan internasional, pembaca disuguhkan dengan pemandangan berupa jalur stabling KRL APMS, yang ketika dioperasikan kelak akan ada aktivitas pergerakan KRL APMS dengan suasana gedung terminal bandara. Meski demikian, untuk saat ini jalur ini belumlah aktif dipakai, tetapi bisa dijadikan sebagai referensi spot berburu di masa depan. 
Foto Ln Eka Prakasa.
Rangkaian APMS yang belum beroperasi yang pada hari pertama operasional APMS belum disambung di jalur stabling | Foto: Ln Eka Prakasa
Sementara dari dekat area merokok di titik drop off, pembaca disuguhkan pemandangan jalur APMS menuju Terminal 2, yang memberikan kesempatan untuk memotret rangkaian APMS yang berangkat atau akan masuk dari/ke Stasiun Terminal 3 dari atas. Disarankan untuk memotret tidak dekat ke jalan raya karena lantainya lebih rendah, sehingga akan mempersulit penggunaan kamera. Tidak itu saja, jika kedua jalur di Stasiun Terminal 3 telah beroperasi kelak, maka pembaca juga dapat memotret aktivitas perpindahan jalur dari spot ini. 

Rangkaian APMS memasuki Stasiun Terminal 3. Perhatikan wesel yang berada di ujung jauh tepat berada di belakang rangkaian.
Satu catatan penting adalah, meskipun dalam stasiun dan rangkaian terdapat PKD dari Angkasa Pura II, tetapi mereka sangatlah ramah dengan pengguna jasa yang memotret, baik dengan kamera DSLR ataupun kamera HP. Meski demikian, tentu saja jangan bertindak yang berpotensi menimbulkan masalah, karena keselamatan dan keamanan tetaplah lebih utama daripada momen. 


Kritik dan Saran APMS


Tentu saja, karena operasionalnya yang masih sangat baru dan belum 100%, ada beberapa hal yang bisa menjadi catatan untuk APMS Bandara Soekarno-Hatta, baik dari segi sarana, ataupun dari segi stasiunnya dari hasil pantauan Tim REDaksi di lapangan. Toh kritik yang membangun tentu diperlukan untuk menjadi lebih baik, bukan? 

Dari segi sarana, kritik yang ada adalah pertama, seperti yang disebutkan di bagian sebelumnya, ketiadaan door chime untuk KRL modern jujur saja agak mengherankan, karena hampir semua KRL modern telah dilengkapi dengan door chime untuk memperingtkan penumpang di dekat pintu. Kedua, layar TV yang ada di atas pintu selain menampilkan iklan, juga sebaiknya dapat menampilkan informasi rute, pemberhentian berikutnya, layout stasiun yang akan disinggahi dan informasi relevan lainnya, sehingga memudahkan penumpang untuk tahu APMS akan berhenti di stasiun apa dan bagaimana untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke terminal tujuan. 

Dari segi stasiun, di luar keadaan Stasiun Terminal 2 yang masih belum 100% jadi sehingga masih banyak progres konstruksi yang agak mengganggu, salah satu hal paling utama yang semestinya tidak boleh diabaikan adalah signage. Signage di stasiun meskipun sudah lengkap, tetapi hanya menunjukkan arah ke terminal keberangkatan, dan tidak kedatangan, padahal bisa saja pengguna APMS justru memang mempunyai tujuan ke kedatangan, seperti misal keluarga yang mengatur datang berbarengan di Jakarta, tetapi menaiki maskapai yang berbeda dengan waktu kedatangan yang sedikit berbeda, dan hendak bertemu di lobi kedatangan. Selain itu, signage di gedung terminal masih sangatlah kurang, di mana signage menunjukkan arah stasiun APMS hanya ada ketika sudah keluar terminal dan dekat stasiun, padahal justru penting untuk memberitahu posisi di mana stasiun APMS mulai dari dalam terminal agar pengguna jasa tidak nyasar karena mencari-cari letak stasiun APMS, yang ini juga merupakan salah satu faktor yang membuat Tim REDaksi tertinggal KRL APMS terakhir karena sempat kebingungan ketika kembali ke Stasiun APMS.

Demikianlah artikel ulasan APMS Bandara Soekarno-Hatta dari Tim REDaksi. Semoga saja kedepannya operasional APMS akan menjadi lebih lancar dan bisa memenuhi asas fungsinya yaitu mempermudah perpindahan penumpang antarterminal. 

Referensi Tambahan

RED | Ikko Haidar Farozy | MPSCLFJRN

Sekianlah artikel Serunya Menjajal APMS Skytrain Bandara Soekarno-Hatta kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Serunya Menjajal APMS Skytrain Bandara Soekarno-Hatta

Postingan terkait: