Ini merupakan pelajaran yang mesti dikenal tiap orang tua. doa mereka begitu ajaib bila itu diperuntukan pada kanak - kanak mereka.
bila ortu mau anaknya jadi sholeh dan juga baik, hingga doakanlah mereka karna doa ortu merupakan doa yang gampang diijabahi. tetapi ingat sesungguhnya doa yang dimaksudkan di mari mencakup doa baik dan juga kurang baik dari orang tua pada anaknya.
bila ortu mendoakan kurang baik pada anaknya, hingga itu juga hendak terkabulkan. sampai - sampai ortu mesti hati - hati dalam mendoakan anak.
dari abu hurairah radhiyallahu ‘anhu, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi ialah doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan juga doa orang yang dizholimi. ” (hr. abu daud nomor. 1536. syaikh (AL) albani katakan kalau hadits ini hasan).
dari anas bin malik radhiyallahu ‘anhu, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَ تُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ ، وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ
“tidak doa yang tidak tertolak ialah doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan juga doa seseorang musafir. ” (hr. (AL) baihaqi dalam sunan (AL) kubro. syaikh (AL) albani berkata hadits ini shahih sebagaimana dalam as silsilah ash shahihah nomor. 1797). d
alam 2 hadits ini disebutkan universal, maksudnya mencakup doa orang tua yang berisi kebaikan ataupun kejelekan pada anaknya.
pula dari abu hurairah radhiyallahu ‘anhu, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ
“tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi ialah doa orang yang dizholimi, doa orang yang bepergian (safar) dan juga doa baik orang tua pada anaknya. ” (hr. ibnu majah nomor. 3862. syaikh (AL) albani berkata kalau hadits ini hasan).
riwayat ini mengatakan kalau doa baik orang tua pada anaknya tercantum doa yang mustajab.
muhammad bin isma’il (AL) bukhari mengantarkan dalam kitab (AL) adabul mufrod sebagian riwayat menimpa doa orang tua. di antara riwayat tersbeut, abu hurairah mengatakan, ”nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدَيْنِ عَلىَ وَلَدِهِمَا
“ada 3 tipe doa yang mustajab (terkabul) , tidak diragukan lagi, ialah doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian dan juga doa kejelekan kedua orang tua kepada anaknya. ” (diriwayatkan oleh (AL) bukhari dalam (AL) adabul mufrod nomor. 32.
dikatakan hasan oleh syaikh (AL) albani dalam shahih (AL) adabul mufrod nomor. 24). hadits ini menampilkan kalau doa kurang baik orang tua pada anaknya tercantum doa yang mustajab.
perihal itu dibuktikan dalam cerita juraij berikut ini. cerita ini menampilkan kalau doa kurang baik ibunya pada juraij terkabul. cerita ini dibawakan pula oleh (AL) bukhari dalam (AL) adabul mufrod.
abu hurairah mengatakan, ”rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا تَكَلَّمَ مَوْلُوْدٌ مِنَ النَّاسِ فِي مَهْدٍ إِلاَّ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ [وَسَلَّمَ] وَصَاحِبُ جُرِيْجٍ” قِيْلَ: يَا نَبِيَّ اللهِ! وَمَا صَاحِبُ جُرَيْجٍ؟ قَالَ: “فَإِنَّ جُرَيْجًا كَانَ رَجُلاً رَاهِباً فِي صَوْمَعَةٍ لَهُ، وَكَانَ رَاعِيُ بَقَرٍ يَأْوِي إِلَى أَسْفَلِ صَوْمَعَتِهِ، وَكَانَتْ اِمْرَأَةٌ مِنْ أَهْلِ الْقَرْيَةِ تَخْتَلِفُ إِلَى الرَّاعِي، فَأَتَتْ أُمُّهُ يَوْمًٍا فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ! وَهُوَ يُصّلِّى، فَقَالَ فِي نَفْسِهِ – وَهُوَ يُصَلِّي – أُمِّي وَصَلاَتِي؟ فَرَأَى أَنْ يُؤْثِرَ صَلاَتَهُ، ثُمَّ صَرَخَتْ بِهِ الثَّانِيَةَ، فَقَالَ فِي نَفْسِهِ: أُمِّي وَصَلاَتِي؟ فَرَأَى أَنْ يُؤْثِرَ صَلاَتَهُ. ثُمَّ صَرَخَتْ بِهِ الثَالِثَةَ فَقَالَ: أُمِّي وَصَلاَتِي؟ فَرَأَى أَنْ يُؤْثِرَ صَلاَتَهُ. فَلَمَّا لَمْ يُجِبْهَا قَالَتْ: لاَ أَمَاتَكَ اللهُ يَا جُرَيْجُ! حَتىَّ تَنْظُرَ فِي وَجْهِ المُوْمِسَاتِ. ثُمَّ انْصَرَفَتْ فَأُتِيَ الْمَلِكُ بِتِلْكَ الْمَرْأَةِ وَلَدَتْ. فَقَالَ: مِمَّنْ؟ قَالَتْ: مِنْ جُرَيْجٍ. قَالَ: أَصَاحِبُ الصَّوْمَعَةِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: اِهْدَمُوا صَوْمَعَتَهُ وَأْتُوْنِي بِهِ، فَضَرَبُوْا صَوْمَعَتَهُ بِالْفُئُوْسِ، حَتىَّ وَقَعَتْ. فَجَعَلُوْا يَدَهُ إِلَى عُنُقِهِ بِحَبْلٍ؛ ثُمَّ انْطَلَقَ بِهِ، فَمَرَّ بِهِ عَلَى الْمُوْمِسَاتِ، فَرَآهُنَّ فَتَبَسَّمَ، وَهُنَّ يَنْظُرْنَ إِلَيْهِ فِي النَّاسِ. فَقَالَ الْمَلِكُ: مَا تَزْعُمُ هَذِهِ؟ قَالَ: مَا تَزْعُمُ؟ قَالَ: تَزْعُمُ أَنَّ وَلَدَهَا مِنْكَ. قَالَ: أَنْتِ تَزْعَمِيْنَ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: أَيْنَ هَذَا الصَّغِيْرُ؟ قَالُوْا: هَذَا فِي حُجْرِهَا، فَأَقْبَلَ عَلَيْهِ. فَقَالَ: مَنْ أَبُوْكَ؟ قَالَ: رَاعِي الْبَقَرِ. قَالَ الْمَلِكُ: أَنَجْعَلُ صَوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبٍ؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: مِنْ فِضَّةٍ؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: فَمَا نَجْعَلُهَا؟ قَالَ: رَدُّوْهَا كَمَا كَانَتْ. قَالَ: فَمَا الَّذِي تَبَسَّمْتَ؟ قَالَ: أَمْراً عَرَفْتُهُ، أَدْرَكَتْنِى دَعْوَةُ أُمِّي، ثُمَّ أَخْبَرَهُمْ
“tidak terdapat balita yang mampu berdialog dalam buaian kecuali isa bin maryam dan juga juraij” kemudian terdapat yang bertanya, ”wahai rasulullah siapakah juraij? ”. dia kemudian bersabda, ”juraij merupakan seseorang rahib yang berdiam diri pada rumah peribadatannya (yang terletak di dataran besar/gunung). ada seseorang penggembala yang menggembalakan sapinya di lereng gunung tempat peribadatannya dan juga seseorang perempuan dari sesuatu desa menemui penggembala itu (buat berbuat mesum dengannya).
(sesuatu kala) datanglah bunda juraij dan juga memanggilnya kala dia lagi melakukan shalat, ”wahai juraij. ” juraij kemudian bertanya dalam hatinya, ”apakah saya wajib penuhi panggilan ibuku ataupun meneruskan shalatku? ” warnanya ia mengutamakan shalatnya. ibunya kemudian memanggil buat yang kedua kalinya. juraij berulang bertanya di dalam hati, ”ibuku ataupun shalatku? ” warnanya ia mengutamakan shalatnya. ibunya memanggil buat kali ketiga. juraij bertanya lagi dalam hatinya, ”lbuku ataupun shalatku? ” warnanya ia senantiasa mengutamakan shalatnya. kala sudah tidak menanggapi panggilan, ibunya mengatakan, “semoga allah tidak mewafatkanmu, wahai juraij hingga wajahmu dipertontonkan di depan para pelacur? ” kemudian ibunya juga berangkat meninggalkannya.
perempuan yang menemui penggembala tadi dibawa menghadap raja dalam kondisi telah melahirkan seseorang anak. raja itu bertanya kepada perempuan tersebut, ”hasil dari (ikatan dengan) siapa (anak ini) ? ” “dari juraij? ”, jawab perempuan itu. raja kemudian bertanya lagi, “apakah ia yang tinggal di tempat peribadatan itu? ” “benar”, jawab perempuan itu. raja mengatakan, ”hancurkan rumah peribadatannya dan juga membawa ia kemari. ” orang - orang kemudian menghancurkan tempat peribadatannya dengan kapak hingga rata dan juga mengikatkan tangannya di lehernya dengan tali kemudian membawanya menghadap raja. di tengah ekspedisi juraij dilewatkan di hadapan para pelacur. kala melihatnya juraij tersenyum dan juga para pelacur tersebut memandang juraij yang berposisi di antara manusia.
raja kemudian bertanya padanya, “siapa ini menurutmu? ”. juraij balik bertanya, “siapa yang engkau iktikad? ” raja mengatakan, “dia (perempuan tadi) mengatakan kalau anaknya merupakan hasil ikatan denganmu. ” juraij bertanya, “apakah engkau telah mengatakan begitu? ” “benar”, jawab perempuan itu. juraij kemudian bertanya, ”di mana balita itu? ” orang - orang kemudian menanggapi, “ (itu) di pangkuan (bunda) nya. ” juraij kemudian menemuinya dan juga bertanya pada balita itu, ”siapa ayahmu? ” balita itu menanggapi, “ayahku sang penggembala sapi. ”
kontan si raja mengatakan, “apakah butuh kami bangun berulang rumah ibadahmu dengan olahan dari emas. ” juraij menanggapi, “tidak perlu”. “ataukah dari perak? ” lanjut si raja. “jangan”, jawab juraij. “lalu dari apa kami hendak bangun rumah ibadahmu? ”, tanya si raja. juraij menanggapi, “bangunlah serupa semula. ” raja kemudian bertanya, “mengapa engkau tersenyum? ” juraij menanggapi, “ (aku tertawa) karna sesuatu masalah yang telah saya tahu, ialah terkabulnya do’a ibuku terhadap diriku. ” setelah itu juraij juga memberitahukan perihal itu kepada mereka. ” (diriwayatkan oleh (AL) bukhari dalam (AL) adabul mufrod nomor. 33. dikatakan shahih oleh syaikh (AL) albani dalam shahih (AL) adabul mufrod nomor. 25). amati [bukhari: 60 - kitab (AL) anbiyaa, 48 - bab ”wadzkur fil kitabi maryam”. muslim: 45 - kitab (AL) birr wash shilah wal adab, perihal. 7 - 8]
hingga begitu sangat bahaya bila keluar dari lisan orang tua doa kurang baik pada anaknya seorang diri karna doa serupa itu dapat terkabul sebagaimana mampu kita amati dalam cerita juraij di atas.
yang tersadu, hendaklah orang tua mendoakan anaknya dalam kebaikan dan juga moga anaknya jadi sholeh dan berposisi di jalur yang lurus.
kala marah karna kenakalan anaknya, hendaklah amarah tersebut ditahan. ingatlah sekali lagi kalau di dikala marah kemudian keluar doa kurang baik dari lisan ortu, hingga dapat jadi doa kurang baik itu terwujud.
hendaklah orang tua mencontoh para nabi dan juga orang sholeh yang senantiasa mendoakan kebaikan pada anak keturunannya. lihatlah contoh nabi ibrahim ‘alaihis salaam di mana dia berdoa,
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء
“ya tuhanku, jadikanlah saya dan juga anak cucuku orang - orang yang senantiasa mendirikan shalat. ya tuhan kami, perkenankanlah doaku. ” (qs. ibrahim: 40)
رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الأَصْنَامَ
“ya tuhanku, jadikanlah negara ini (mekah) , negara yang nyaman, dan juga jauhkanlah saya beserta anak cucuku daripada menyembah berhala - berhala. ” (qs. ibrahim: 35)
lihatlah watak ‘ibadurrahman (hamba allah) yang berdoa,
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“dan orang - orang yang mengatakan: “ya tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami, isteri - isteri kami dan juga generasi kami bagaikan penyenang hati (kami) , dan juga jadikanlah kami imam untuk orang - orang yang bertakwa. ” (qs. (AL) furqan: 74)
moga allah memperkenankan doa kita bagaikan orang tua yang berisi kebaikan kepada kanak - kanak kita. moga kanak - kanak kita berposisi dalam kebaikan dan juga terus berposisi dalam tutorial allah di jalur yang lurus.
bila kita bagaikan anak, janganlah hingga durhaka pada orang tua. banyak - banyaklah berbuat baik pada mereka, sampai - sampai kita juga hendak didoakan oleh ayah dan juga bunda kita.
mudah - mudahan sajian pendek di malam ini berguna untuk pembaca setia rumaysho. com sekaligus.
wallahu waliyyut taufiq.
( sumber: rumaysho. com )
bila ortu mau anaknya jadi sholeh dan juga baik, hingga doakanlah mereka karna doa ortu merupakan doa yang gampang diijabahi. tetapi ingat sesungguhnya doa yang dimaksudkan di mari mencakup doa baik dan juga kurang baik dari orang tua pada anaknya.
bila ortu mendoakan kurang baik pada anaknya, hingga itu juga hendak terkabulkan. sampai - sampai ortu mesti hati - hati dalam mendoakan anak.
dari abu hurairah radhiyallahu ‘anhu, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi ialah doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan juga doa orang yang dizholimi. ” (hr. abu daud nomor. 1536. syaikh (AL) albani katakan kalau hadits ini hasan).
dari anas bin malik radhiyallahu ‘anhu, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَ تُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ ، وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ
“tidak doa yang tidak tertolak ialah doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan juga doa seseorang musafir. ” (hr. (AL) baihaqi dalam sunan (AL) kubro. syaikh (AL) albani berkata hadits ini shahih sebagaimana dalam as silsilah ash shahihah nomor. 1797). d
alam 2 hadits ini disebutkan universal, maksudnya mencakup doa orang tua yang berisi kebaikan ataupun kejelekan pada anaknya.
pula dari abu hurairah radhiyallahu ‘anhu, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ
“tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi ialah doa orang yang dizholimi, doa orang yang bepergian (safar) dan juga doa baik orang tua pada anaknya. ” (hr. ibnu majah nomor. 3862. syaikh (AL) albani berkata kalau hadits ini hasan).
riwayat ini mengatakan kalau doa baik orang tua pada anaknya tercantum doa yang mustajab.
muhammad bin isma’il (AL) bukhari mengantarkan dalam kitab (AL) adabul mufrod sebagian riwayat menimpa doa orang tua. di antara riwayat tersbeut, abu hurairah mengatakan, ”nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدَيْنِ عَلىَ وَلَدِهِمَا
“ada 3 tipe doa yang mustajab (terkabul) , tidak diragukan lagi, ialah doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian dan juga doa kejelekan kedua orang tua kepada anaknya. ” (diriwayatkan oleh (AL) bukhari dalam (AL) adabul mufrod nomor. 32.
dikatakan hasan oleh syaikh (AL) albani dalam shahih (AL) adabul mufrod nomor. 24). hadits ini menampilkan kalau doa kurang baik orang tua pada anaknya tercantum doa yang mustajab.
perihal itu dibuktikan dalam cerita juraij berikut ini. cerita ini menampilkan kalau doa kurang baik ibunya pada juraij terkabul. cerita ini dibawakan pula oleh (AL) bukhari dalam (AL) adabul mufrod.
abu hurairah mengatakan, ”rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا تَكَلَّمَ مَوْلُوْدٌ مِنَ النَّاسِ فِي مَهْدٍ إِلاَّ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ [وَسَلَّمَ] وَصَاحِبُ جُرِيْجٍ” قِيْلَ: يَا نَبِيَّ اللهِ! وَمَا صَاحِبُ جُرَيْجٍ؟ قَالَ: “فَإِنَّ جُرَيْجًا كَانَ رَجُلاً رَاهِباً فِي صَوْمَعَةٍ لَهُ، وَكَانَ رَاعِيُ بَقَرٍ يَأْوِي إِلَى أَسْفَلِ صَوْمَعَتِهِ، وَكَانَتْ اِمْرَأَةٌ مِنْ أَهْلِ الْقَرْيَةِ تَخْتَلِفُ إِلَى الرَّاعِي، فَأَتَتْ أُمُّهُ يَوْمًٍا فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ! وَهُوَ يُصّلِّى، فَقَالَ فِي نَفْسِهِ – وَهُوَ يُصَلِّي – أُمِّي وَصَلاَتِي؟ فَرَأَى أَنْ يُؤْثِرَ صَلاَتَهُ، ثُمَّ صَرَخَتْ بِهِ الثَّانِيَةَ، فَقَالَ فِي نَفْسِهِ: أُمِّي وَصَلاَتِي؟ فَرَأَى أَنْ يُؤْثِرَ صَلاَتَهُ. ثُمَّ صَرَخَتْ بِهِ الثَالِثَةَ فَقَالَ: أُمِّي وَصَلاَتِي؟ فَرَأَى أَنْ يُؤْثِرَ صَلاَتَهُ. فَلَمَّا لَمْ يُجِبْهَا قَالَتْ: لاَ أَمَاتَكَ اللهُ يَا جُرَيْجُ! حَتىَّ تَنْظُرَ فِي وَجْهِ المُوْمِسَاتِ. ثُمَّ انْصَرَفَتْ فَأُتِيَ الْمَلِكُ بِتِلْكَ الْمَرْأَةِ وَلَدَتْ. فَقَالَ: مِمَّنْ؟ قَالَتْ: مِنْ جُرَيْجٍ. قَالَ: أَصَاحِبُ الصَّوْمَعَةِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: اِهْدَمُوا صَوْمَعَتَهُ وَأْتُوْنِي بِهِ، فَضَرَبُوْا صَوْمَعَتَهُ بِالْفُئُوْسِ، حَتىَّ وَقَعَتْ. فَجَعَلُوْا يَدَهُ إِلَى عُنُقِهِ بِحَبْلٍ؛ ثُمَّ انْطَلَقَ بِهِ، فَمَرَّ بِهِ عَلَى الْمُوْمِسَاتِ، فَرَآهُنَّ فَتَبَسَّمَ، وَهُنَّ يَنْظُرْنَ إِلَيْهِ فِي النَّاسِ. فَقَالَ الْمَلِكُ: مَا تَزْعُمُ هَذِهِ؟ قَالَ: مَا تَزْعُمُ؟ قَالَ: تَزْعُمُ أَنَّ وَلَدَهَا مِنْكَ. قَالَ: أَنْتِ تَزْعَمِيْنَ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: أَيْنَ هَذَا الصَّغِيْرُ؟ قَالُوْا: هَذَا فِي حُجْرِهَا، فَأَقْبَلَ عَلَيْهِ. فَقَالَ: مَنْ أَبُوْكَ؟ قَالَ: رَاعِي الْبَقَرِ. قَالَ الْمَلِكُ: أَنَجْعَلُ صَوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبٍ؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: مِنْ فِضَّةٍ؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: فَمَا نَجْعَلُهَا؟ قَالَ: رَدُّوْهَا كَمَا كَانَتْ. قَالَ: فَمَا الَّذِي تَبَسَّمْتَ؟ قَالَ: أَمْراً عَرَفْتُهُ، أَدْرَكَتْنِى دَعْوَةُ أُمِّي، ثُمَّ أَخْبَرَهُمْ
“tidak terdapat balita yang mampu berdialog dalam buaian kecuali isa bin maryam dan juga juraij” kemudian terdapat yang bertanya, ”wahai rasulullah siapakah juraij? ”. dia kemudian bersabda, ”juraij merupakan seseorang rahib yang berdiam diri pada rumah peribadatannya (yang terletak di dataran besar/gunung). ada seseorang penggembala yang menggembalakan sapinya di lereng gunung tempat peribadatannya dan juga seseorang perempuan dari sesuatu desa menemui penggembala itu (buat berbuat mesum dengannya).
(sesuatu kala) datanglah bunda juraij dan juga memanggilnya kala dia lagi melakukan shalat, ”wahai juraij. ” juraij kemudian bertanya dalam hatinya, ”apakah saya wajib penuhi panggilan ibuku ataupun meneruskan shalatku? ” warnanya ia mengutamakan shalatnya. ibunya kemudian memanggil buat yang kedua kalinya. juraij berulang bertanya di dalam hati, ”ibuku ataupun shalatku? ” warnanya ia mengutamakan shalatnya. ibunya memanggil buat kali ketiga. juraij bertanya lagi dalam hatinya, ”lbuku ataupun shalatku? ” warnanya ia senantiasa mengutamakan shalatnya. kala sudah tidak menanggapi panggilan, ibunya mengatakan, “semoga allah tidak mewafatkanmu, wahai juraij hingga wajahmu dipertontonkan di depan para pelacur? ” kemudian ibunya juga berangkat meninggalkannya.
perempuan yang menemui penggembala tadi dibawa menghadap raja dalam kondisi telah melahirkan seseorang anak. raja itu bertanya kepada perempuan tersebut, ”hasil dari (ikatan dengan) siapa (anak ini) ? ” “dari juraij? ”, jawab perempuan itu. raja kemudian bertanya lagi, “apakah ia yang tinggal di tempat peribadatan itu? ” “benar”, jawab perempuan itu. raja mengatakan, ”hancurkan rumah peribadatannya dan juga membawa ia kemari. ” orang - orang kemudian menghancurkan tempat peribadatannya dengan kapak hingga rata dan juga mengikatkan tangannya di lehernya dengan tali kemudian membawanya menghadap raja. di tengah ekspedisi juraij dilewatkan di hadapan para pelacur. kala melihatnya juraij tersenyum dan juga para pelacur tersebut memandang juraij yang berposisi di antara manusia.
raja kemudian bertanya padanya, “siapa ini menurutmu? ”. juraij balik bertanya, “siapa yang engkau iktikad? ” raja mengatakan, “dia (perempuan tadi) mengatakan kalau anaknya merupakan hasil ikatan denganmu. ” juraij bertanya, “apakah engkau telah mengatakan begitu? ” “benar”, jawab perempuan itu. juraij kemudian bertanya, ”di mana balita itu? ” orang - orang kemudian menanggapi, “ (itu) di pangkuan (bunda) nya. ” juraij kemudian menemuinya dan juga bertanya pada balita itu, ”siapa ayahmu? ” balita itu menanggapi, “ayahku sang penggembala sapi. ”
kontan si raja mengatakan, “apakah butuh kami bangun berulang rumah ibadahmu dengan olahan dari emas. ” juraij menanggapi, “tidak perlu”. “ataukah dari perak? ” lanjut si raja. “jangan”, jawab juraij. “lalu dari apa kami hendak bangun rumah ibadahmu? ”, tanya si raja. juraij menanggapi, “bangunlah serupa semula. ” raja kemudian bertanya, “mengapa engkau tersenyum? ” juraij menanggapi, “ (aku tertawa) karna sesuatu masalah yang telah saya tahu, ialah terkabulnya do’a ibuku terhadap diriku. ” setelah itu juraij juga memberitahukan perihal itu kepada mereka. ” (diriwayatkan oleh (AL) bukhari dalam (AL) adabul mufrod nomor. 33. dikatakan shahih oleh syaikh (AL) albani dalam shahih (AL) adabul mufrod nomor. 25). amati [bukhari: 60 - kitab (AL) anbiyaa, 48 - bab ”wadzkur fil kitabi maryam”. muslim: 45 - kitab (AL) birr wash shilah wal adab, perihal. 7 - 8]
hingga begitu sangat bahaya bila keluar dari lisan orang tua doa kurang baik pada anaknya seorang diri karna doa serupa itu dapat terkabul sebagaimana mampu kita amati dalam cerita juraij di atas.
yang tersadu, hendaklah orang tua mendoakan anaknya dalam kebaikan dan juga moga anaknya jadi sholeh dan berposisi di jalur yang lurus.
kala marah karna kenakalan anaknya, hendaklah amarah tersebut ditahan. ingatlah sekali lagi kalau di dikala marah kemudian keluar doa kurang baik dari lisan ortu, hingga dapat jadi doa kurang baik itu terwujud.
hendaklah orang tua mencontoh para nabi dan juga orang sholeh yang senantiasa mendoakan kebaikan pada anak keturunannya. lihatlah contoh nabi ibrahim ‘alaihis salaam di mana dia berdoa,
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء
“ya tuhanku, jadikanlah saya dan juga anak cucuku orang - orang yang senantiasa mendirikan shalat. ya tuhan kami, perkenankanlah doaku. ” (qs. ibrahim: 40)
رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الأَصْنَامَ
“ya tuhanku, jadikanlah negara ini (mekah) , negara yang nyaman, dan juga jauhkanlah saya beserta anak cucuku daripada menyembah berhala - berhala. ” (qs. ibrahim: 35)
lihatlah watak ‘ibadurrahman (hamba allah) yang berdoa,
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“dan orang - orang yang mengatakan: “ya tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami, isteri - isteri kami dan juga generasi kami bagaikan penyenang hati (kami) , dan juga jadikanlah kami imam untuk orang - orang yang bertakwa. ” (qs. (AL) furqan: 74)
moga allah memperkenankan doa kita bagaikan orang tua yang berisi kebaikan kepada kanak - kanak kita. moga kanak - kanak kita berposisi dalam kebaikan dan juga terus berposisi dalam tutorial allah di jalur yang lurus.
bila kita bagaikan anak, janganlah hingga durhaka pada orang tua. banyak - banyaklah berbuat baik pada mereka, sampai - sampai kita juga hendak didoakan oleh ayah dan juga bunda kita.
mudah - mudahan sajian pendek di malam ini berguna untuk pembaca setia rumaysho. com sekaligus.
wallahu waliyyut taufiq.
( sumber: rumaysho. com )
Sekianlah artikel Doa Orang Tua Kepada Anaknya, Doa yang Mustajab kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Doa Orang Tua Kepada Anaknya, Doa yang Mustajab