Entah atensi siapa yang sesungguhnya mereka cari.
pengeksisan berbagai apa yang mereka ingini.
oleh: maya. a
kedamean, gresik
mayafirrizky4@gmail. com
anak muda. satu kata yang acapkali berhubungan dengan kata pencarian jati diri, suatu yang menggambarkan secara esensial menimpa sifat, karakter, dan juga moral seorang. pada fase inilah acapkali ditemukan bermacam - macam ulah yang notabene lebih kerap meresahkan, walaupun tidak menutup mungkin terdapatnya anak muda yang senantiasa kekeh pada koridor positif.
tetapi miris. realitas kalau jagat maya dihebohkan dengan kelakuan amoral 5 anak muda di kampung sritejokencono, lampung tengah sudah tidak mampu ditolerir. beberapa photo peragaan shalat tanpa menggunakan pakaian, dan 2 anak muda yang cuma mengenakan celana dalam bergaya menenteng kotak amal di suatu masjid at taqwa tidak urungnya berujung pada pencekalan oleh pihak kepolisian bagaikan wujud pertanggungjawaban mereka.
susah dipercaya walaupun dalil yang berdialog. komunitas alay yang makin menjamur di bermacam penjuru negara tentu jadi fenomena yang mengkhawatirkan. gimana tidak? ? sebagian besar kegiatan mereka cuma berkutat pada perihal yang sia sia, candaan, dan juga sebatas buat pengeksisan diri semata. parahnya, fenomena tersebut sudah beralih pada polah penistaan agama. sementara itu disinilah letak kesakralan paling tinggi itu berposisi.
entah atensi siapa yang sesungguhnya mereka cari. pengeksisan berbagai apa yang mereka ingini.
keadaan ini tentu bertolak balik sekali dengan prestasi anak muda anak muda di masa sebelumnya. dimana pondasi islam masih berdiri dengan megahnyan ketika itu. sultan muhammad (AL) fatih merupakan contoh konkrit anak muda yang sukses menampilkan eksistensinya dalam menaklukkan konstantinopel di umur yang terbilang masih muda.
perbandingan yang mencolok ini tentu berkaitan dengan pola tarbiyah dan juga pola asuh orangtua. tidak mampu dipungkiri lagi, kalau sistem tarbiyah yang diterapkan di indonesia ataupun negeri lain cuma berorientasi pada pencapaian prestasi yang besar. derajat keberhasilan institusi cuma difokuskan pada nilai akademik. mereka cuma berkutat pada hasil, dan juga abai pada proses sampai aksi curang dikala dicoba pengujian juga acapkali terjalin. perihal ini tentu berujung pada pembunuhan kepribadian. belum lagi pergantian kurikulum yang diharapkan sanggup membagikan pergantian tampaknya tidak berefek whatever.
pengeksisan berbagai apa yang mereka ingini.
oleh: maya. a
kedamean, gresik
mayafirrizky4@gmail. com
anak muda. satu kata yang acapkali berhubungan dengan kata pencarian jati diri, suatu yang menggambarkan secara esensial menimpa sifat, karakter, dan juga moral seorang. pada fase inilah acapkali ditemukan bermacam - macam ulah yang notabene lebih kerap meresahkan, walaupun tidak menutup mungkin terdapatnya anak muda yang senantiasa kekeh pada koridor positif.
tetapi miris. realitas kalau jagat maya dihebohkan dengan kelakuan amoral 5 anak muda di kampung sritejokencono, lampung tengah sudah tidak mampu ditolerir. beberapa photo peragaan shalat tanpa menggunakan pakaian, dan 2 anak muda yang cuma mengenakan celana dalam bergaya menenteng kotak amal di suatu masjid at taqwa tidak urungnya berujung pada pencekalan oleh pihak kepolisian bagaikan wujud pertanggungjawaban mereka.
susah dipercaya walaupun dalil yang berdialog. komunitas alay yang makin menjamur di bermacam penjuru negara tentu jadi fenomena yang mengkhawatirkan. gimana tidak? ? sebagian besar kegiatan mereka cuma berkutat pada perihal yang sia sia, candaan, dan juga sebatas buat pengeksisan diri semata. parahnya, fenomena tersebut sudah beralih pada polah penistaan agama. sementara itu disinilah letak kesakralan paling tinggi itu berposisi.
entah atensi siapa yang sesungguhnya mereka cari. pengeksisan berbagai apa yang mereka ingini.
keadaan ini tentu bertolak balik sekali dengan prestasi anak muda anak muda di masa sebelumnya. dimana pondasi islam masih berdiri dengan megahnyan ketika itu. sultan muhammad (AL) fatih merupakan contoh konkrit anak muda yang sukses menampilkan eksistensinya dalam menaklukkan konstantinopel di umur yang terbilang masih muda.
perbandingan yang mencolok ini tentu berkaitan dengan pola tarbiyah dan juga pola asuh orangtua. tidak mampu dipungkiri lagi, kalau sistem tarbiyah yang diterapkan di indonesia ataupun negeri lain cuma berorientasi pada pencapaian prestasi yang besar. derajat keberhasilan institusi cuma difokuskan pada nilai akademik. mereka cuma berkutat pada hasil, dan juga abai pada proses sampai aksi curang dikala dicoba pengujian juga acapkali terjalin. perihal ini tentu berujung pada pembunuhan kepribadian. belum lagi pergantian kurikulum yang diharapkan sanggup membagikan pergantian tampaknya tidak berefek whatever.
bertolak pada periode 2010 - 2014 kemudian, dimana departemen tarbiyah nasional telah menetapkan visi terselenggaranya layanan prima tarbiyah nasional buat membentuk insan indonesia yang pintar komprehensif yang didalamnya mencakup kecerdasan dalam perihal spiritual, emosional, sosial, intelektual dan juga kinestetis, hingga sampailah kita pada kesimpulan kalau visi tersebut teruji belum sukses mencetak generasi berjiwa pemimpin. yang terdapat malah kebalikannya. generasi abal abal yang ikut hanyut termakan arus global.
pencapaian ini tentu hendak berubah bila akidah islam yang diperuntukan dasar kurikulum tarbiyah. bukan akidah pasar terlebih sekuler. dimana mata pelajaran ‘agama’ tidak sekadar diperuntukan pengetahuan semata, tetapi pula terus digenjotkan uraian mendalam tentang eksistensi keberadaan pencipta. tentu dengan peletakan dasar kurikulum yang demikian ini, nilai agama mampu terealisasikan dalam kehidupan nyata.
kedua, pola asuh orangtua juga butuh dievaluasi. kenapa? sistem kapitalisme yang masih bersemayam ini tampaknya sanggup mengganti pola pikir orangtua dalam mendefinisikan kata sukses mendidik anak. lulus dengan predikat cumlaude, setelah itu bergelung di dunia bisnis yang berpotensi menciptakan pundi pundi yang menggiurkan seakan jadi sasaran utama mereka. opini bertabiat duniawi ini terus menerus digiring supaya mendarah daging. sementara itu terdapat perihal yang lebih besar dari itu. kalau cuma gelar sholeh lah yang sejatinya orangtua butuhkan nantinya. dan juga ini cuma dapat dicapai dengan jalur mengenalkan islam semenjak dini pada anak.
dari mari hingga jelas, dibutuhkan pergantian mendasar terpaut sistem, ialah islam. sistem yang menjadikan (AL) khaliq bagaikan pengatur manusia dalam seluruh hubungannya. tercantum didalamnya permasalahan tarbiyah, dimana negeri tidak cuma menjamin terasahnya aqliyah seorang, tetapi pula nafsiyah nya. ini tentu berubah dengan sistem kapitalisme yang malah memforsir orangtua jadi penanggungjawab tunggal permasalahan tarbiyah dan juga pembuatan kepribadian anak. []
( sumber : http: //wowmuslim. blogspot. com/2017/08/kenapa - banyak - remaja - remaja - saat - ini. html )
Sekianlah artikel Kenapa Banyak Remaja-remaja saat ini yang mudah Melecehkan Agama Islam ? kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Kenapa Banyak Remaja-remaja saat ini yang mudah Melecehkan Agama Islam ?